PEWARISAN SIFAT PADA ORGANISME
Genetika adalah cabang biologi yang
mempelajari tentang pewarisan sifat (hereditas) induk suatu organisme ke keturunannya.
A.
MATERI
GENETIS
Manusia, hewan, dan tumbuhan mempunyai sifat-sifat
yang berbeda. Sifat-sifat beda yang terdapat pada makhluk hidup dikendalikan
oleh materi genetis. Materi genetis
ini merupakan substansi yang disebut gen.
Gen adalah
bagian dari kromosom atau satu kesatuan kimia yang bertanggung jawab dalam
pewarisan sifat makhluk hidup. Gen yang terdapat pada kromosom ini bersifat
menurun dari induk ke anaknya. Pembelahan kromosom akan terjadi saat sel akan
membelah. Sebelum pembelahan kromosom, akan terjadi penggandaan gen yang
terdapat di dalam kromosom. Jadi, urutannya adalah penggandaan sel, pembelahan
kromosom, pembelahan inti sel, dan pembelahan sel.
Kumpulan gen tersebut disebut kromosom. Kromosom
akan menempati sebuah sel, dan sel tersebut memiliki kromosom yang berbeda
beda. Kromosom adalah benang-benang
halus yang berfungsi sebagai pembawa informasi genetis kepada keturunannya.
Sepasang kromosom adalah “homolog” sesamanya, artinya mengadung lokus gen-gen yang
bersesuaian yang disebut alela. Contoh:
alela AA, aa. Lokus adalah lokasi
yang diperuntukan bagi gen dalam kromosom.
Berdasarkan fungsinya, kromosom dibedakan menjadi
dua tipe, yaitu :
1.
Kromosom
tubuh (Autosom), kromosom yang menentukan ciri-ciri tubuh.
2.
Kromosom
kelamin (Gonosom), kromosom yang menentuka jenis kelamin.
B.
HUKUM
PENURUNAN SIFAT MENDEL
Seorang tokoh yang berjasa dalam mempelajari
sifat-sifat yang diwariskan dari induk pada keturunannya ialah Gregor J. Mendel (1822 – 1884) sehingga
ia dikenal sebagai bapak genetika.
Dalam percobaannya, Mendel menggunakan tanaman
kacang ercis atau kacang kapri (Pisum
sativum). Adapun alasan Mendel menggunakan tanaman kacang ercis dalam
percobaannya adalah :
1.
Memiliki pasangan sifat yang kontras.
2.
Dapat melakukan penyerbukan sendiri.
3.
Mudah dilakukan penyerbukan silang.
4.
Mempunyai daur hidup yang relatif pendek.
5.
Menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak.
Mendel mengmukakan
beberapa kesimpulan dari hasil percobaannya yang kemudian disebut Hukum Mendel :
1.
Setiap individu hasil persilangan mengandung
gamet dari kedua induknya (bersifat diploid = 2n), misalnya biji dari induk
jantan berbentuk bulat (BB) dan biji dari betina berbentuk keriput (bb) maka
keturunannya memiliki gen Bb.
2.
Pada proses pembentukan gamet, gen berpisah
secara acak (Hukum Segregasi secara bebas) atau dikenal sebagai Hukum Mendel I.
Jadi Bb akan berpisah menjadi dua gamet, yaitu B dan b.
3.
Pada proses pembuahan (fertilisasi) gamet akan
bertemu secara acak pula (asortasi) atau dikenal sebagai Hukum Mendel II. Dalam
hal ini gamet B dapat membuahi gamet lainnya, misalnya B atau dapat juga b.
C.
PERSILANGAN
MONOHIBRID DAN DIHIBRID
1.
Monohibrid Dominan penuh
Persilangan monohibrid adalah
persilangan antara dua individu sejenis dengan memperhatikan satu sifat beda.
Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis
berbiji dari induk jantan berbentuk bulat (BB) dan biji dari betina berbentuk
keriput (bb) maka keturunannya memiliki keturunan (filial) pertama (F1) bulat
dengan genotip Bb.
2.
Persilangan Monohibrid Intermediet
Pada kesempatan lain, Mendel juga
menyilangkan tanaman Antirrinum majus berbunga
merah galur murni (MM) dengan bunga putih galur murni (mm). Ternyata seluruh
keturunan pertama berbunga merah muda (Mm) warna merah muda ini terjadi karena
pengaruh gen dominan yang tidak sempurna (kodominan).
3.
Dihibrid Dominan penuh
Persilangan dihibrid adalah persilangan
dua individu sejenis dengan memperhatikan dua sifat beda. Mendel telah
melakukan percobaan dengan menyilangkan kacang ercil galur murni yang mempunyai
dua sifat beda, yaitu antara kacang ercis berbiji bulat berwarna kuning (BBKK)
dengan kacang ercis bebiji keriput berwarna hijau (bbkk). Kedua kacang tersebut
memiliki dua sifat beda yaitu bentuk dan warna biji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar